Thanks To:
TheHack3r.com TheHack3r.com TheHack3r.com
TheHack3r.com TheHack3r.com

Senin, 18 Juli 2011

Kerajaan Indragiri

Indragiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “Indra” yang berarti mahligai dan “Giri” yang berarti kedudukan yang tinggi atau negeri, sehingga kata indragiri diartikan sebagai Kerajaan Negeri Mahligai. Kerajaan Indragiri diperintah langsung dari Kerajaan malaka pada masa Raja Iskandar yang bergelar Narasinga I. Pada generasi Raja yang ke 4 (empat) barulah istana Kesultanan Indragiri didirikan oleh Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan NaraSinga II yang bergelar Zirullah Fil Alam. Istana Kerajaan Indragiri salah satu objek Wisata Riau yang paling ramai dikunjungi.



Kerajaan Pelalawan

Istana Sayap awalnya dibangun oleh Sultan Pelalawan ke 29, yakni Tengku Sontol Said Ali (1886-1892 M).  Sebelum bangunan itu selesai beliau mangkat dan diberi gelar Marhum Mangkat di balai. Selanjutnya pembangunan Istana diteruskan sampai selesai oleh pengganti beliau yakni Sultan Syarif Hasyim II ( (1892- 1930M).

Pada awalnya Pusat Kerajaan Pelalawan berada di Sungai Rasau (anak Sungai Kampar), berlokasi di Kota Jauh dan Kota Dekat. Ketika Tengku Sontol Ali menjadi Sultan Pelalawan, belaiu berazam memindahkan Istananya dari muara Sungai Rasau ke pinggir Sungai Kampar, tepatnya di muara sungai Rasau yang disebut' Ujung Pantai',karena itu Istana sebelumnya dinamakan ISTANA UJUNG PANTAI. Namun ketika Sultan Syarif Hasyim II melanjutkan pembangunan Istana yang  melanjutkan pembangunan Istana yang sedang terbengkalai karena mangkatnya Tengku Sontol Ali,maka beliau membangun dua sayap disamping kanan dan kiri Istana yang dijadikan balai. Maka Istana inipun dinamakan "ISTANA SAYAP"

Bangunan disebelah Kanan Istana (sebelah hulu) disebut "Balai Sayap Hulu"yang berfungsi sebagai Kanor Sultan, dan bangunan disebelah kiri istana (sebelah hilir) dinamakan "Balai Hilir"  yang berfungsi sebagai Balai Penghadapan bagi seluruh Rakyat Pelalawan.

Sekitar tahun 1896 bangunan Istana Sayap selesai seluruhnya, dan  Sultan Sharif Hashim II  berpindah dari Istana kota Dekat di Sungai Rasau ke Istana Sayap di Ujung Pantai. Sejak itu, pusat pemerintahan  Kerajaan pelalawan menetap di pinggir sungai Kampar yang sekarang  menjadi Desa pelalawan dan menjadi Ibu Kota Kecnamatan Pelalawa.

Untuk mengenang jasa Sultan Syarif Hasyim II yang memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Pelalawan dari Sungai rasau ke pinggir Sungai Kampar ketika mangkatnya beliau di beri gelar MARHUM KAMPAR II.

Di Istana Sayap,bangunan induk adalah tempat Sultan beserta Keluarga dan orang-orang yang bertugas disana. Di bangunan ini pula terdapat Ruang Penghadapan, bilik tidur, dan ruangan anjungan yang diisi dengan segala alat perlengkapan Kerajaan. Menyatu dengan bangunan induk,disebelah depan terdapat ruang selasar dalam dan selasar luar untuk tempat menghadap rakyat dan Orang-orang besar Kerajaan. Dibagian belakang bangunan Induk ada ruangan telo, dan dibelakangnya lagi ada ruangan Penanggah,tempat kegiatan pekerja rumah tangga Istana dan kelengkapan jamuan dan sebagainya.

Bangunan Induk mencerminkan Sultan, sebagai 'induk' dari  rakyatnya., sesuai dengan ungkapan adat yang mengatakan :
'yang ayam ada induknya
yang serai ada rumpunnya
yang sungai ada guguknya
yang keris ada hulunya
yang tombak ada gagangnya
yang rumah ada tuannya
yang kampong ada penghulunya
yang negeri ada rajanya




Kerajaan Siak Sri Indra Pura

Istana Siak merupakan salah satu istana yang terletak di Siak, Riau, Indonesia. Kompleks Istana Siak memiliki luas sekitar 32.000 meter persegi. Terdiri dari Istana Siak, Istana Lima, Istana Padjang, Istana Baroe, gudang, serta tangki air.

Istana Siak seluas 1.000 meter persegi, terdiri dari dua tingkat. Pada lantai dasar terdapat lima kamar utama. Ada ruang tamu, yang semula dibagi menjadi dua bagian. Tamu laki-laki menggunakan tirai hijau lumut, sedangkan yang perempuan menggunakan tirai beludru. Istana ini berdiri pada tahun 1889.

" Istana Matahari Timur " atau disebut juga Asserayah Hasyimiah atau ini dibangun oleh Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 oleh arsitek berkebangsaan Jerman. Arsitektur bangunan merupakan gabungan antara arsitektur Melayu, Arab, Eropa. Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam ruangan sidang: Ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, satu ruangan disamping kanan adalah ruang sidang kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta. Lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan, berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu Istana.

Banguna Istana Siak bersejarah tersebut selesai pada tahun 1893. Pada dinding istana dihiasi dengan keramik khusus didatangkan buatan Prancis. Beberapa koleksi benda antik Istana, kini disimpan Museum Nasional Jakarta, Istananya sendiri menyimpan duplikat dari koleksi tersebut.

Diantara koleksi benda antik Istana Siak adalah: Keramik dari Cina, Eropa, Kursi-kursi kristal dibuat tahun 1896, Patung perunggu Ratu Wihemina merupakan hadiah Kerajaan Belanda, patung pualam Sultan Syarim Hasim I bermata berlian dibuat pada tahun 1889, perkakas seperti sendok, piring, gelas-cangkir berlambangkan Kerajaan Siak masih terdapat dalam Istana.

Dipuncak bangunan terdapat enam patung burung elang sebagai lambang keberanian Istana. Sekitar istana masih dapat dilihat delapan meriam menyebar ke berbagai sisi-sisi halaman istana, disebelah kiri belakang Istana terdapat bangunan kecil sebagai penjara sementara.

Beberapa bangunan sejarah lainnya tak hanya Istana Siak dapat juga dilihat sekitar bangunan:






Rumah Adat Melayu Riau

Rumah Adat Daerah Riau identik dengan Melayu. Karena Riau juga banyak ragam corak budaya, masing-masing daerah di Riau memiliki ciri khas tersendiri pada Traditional House kabupaten di Riau. Seperti di Kuantan Singingi, namanya Gajah Menyusu, di Kabupaten Kampar (Bangkinang) nama rumah adatnya Lancang / Pencalang / ataupun Rumah Lontiok begitu juga rumah adat Pekanbaru, Rumah adat Pelalawan dan Rumah Adat Melayu Riau lainnya. Jadi Rumah Adat (Traditional House) Daerah Riau itu cukup beragam, maka Rumah adat Riau bisa dikatan rumah adat Melayu Riau. Ditambah pula Riau terdapat banyak sungai maka setiap sungai itu beda pula beradaban serta adatnya walaupun banyak terdapat persamaan.

Secara umum ada 5 jenis rumah adat Melayu Riau:
  • Balai Salaso Jatuh,
  • Rumah Adat Salaso Jatuh Kembar,
  • Rumah Melayu Atap Limas,
  • Rumah Melayu Lipat Kajang dan
  • Rumah Melayu Atap Lontik.
Bentuk rumah tradisional daerah Riau pada umumnya adalah rumah panggung yang berdiri diatas tiang dengan bangunan persegi panjang. Dari beberapa bentuk rumah, semuanya hampir serupa, baik tangga, pintu, dinding, susunan ruangannya identik. Berikut rumah adat yang ada di Propinsi Riau :



  • Balai Salaso Jatuh.
Balai salaso jatuh adalah bangunan seperti rumah adat tapi fungsinya bukan untuk tempat tinggal melainkan untuk musyawarah atau rapat secara adat. Sesuai dengan fungsinya bangunan ini mempunyai macam-macam nama antara lain : Balairung Sari, Balai Penobatan, Balai Kerapatan dan lain-lain. Bangunan tersebut kini tidak ada lagi, didesa-desa tempat musyawarah dilakukan di rumah Penghulu, sedangkan yang menyangklut keagamaan dilakukan di masjid.

Balai Salaso Jatuh mempunyai selasar keliling yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah, karena itu dikatakan Salaso Jatuh. Semua bangunan baik rumah adat maupun balai adat diberi hiasan terutama berupa ukiran.

Puncak atap selalu ada hiasan kayu yang mencuat keatas bersilangan dan biasanya hiasan ini diberi ukiran yang disebut Salembayung atau Sulobuyung yang mengandung makna pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Note: Photo yang bagus itu di Hunting di Bandar Serai (Purna MTQ) disana banyak terdapat replika Rumah Adat Melayu Riau dan Foto Rumah Godang, Rumah Adat Kuansing itu saya ambil langsung dilapangan. Silakan Berkomentar di dibawah ini. (Article By : Datuk Bertuah ).

 



  • Rumah Lontiok / Lancang / Pencalang,Rumah Adat Kampar.
Rumah lontik yang dapat juga disebut rumah lancang karena rumah ini bentuk atapnya melengkung keatas, agak runcing seperti tanduk kerbau. Sedangkan dindingnya miring keluar dengan hiasan kaki dinding mirip perahu atau lancang. Hal itu melambangkan penghormatan kepada Tuhan dan-sesama. Rumah adat lontik diperkirakan dapat pengaruh dari kebudayaan Minangkabau karena kabanyakan terdapat di daerah yang berbatasan dengan Sumatera Barat. Tangga rumah biasanya ganjil.



  • Balai Adat Siak.

  • Rumah adat Kota Pekanbaru.


  • Rumah Adat Pelalawan.


  • Rumah Godang / Rumah Adat Kuantan Singingi.


Masjid Raya Pekanbaru

Masjid Raya Pekanbaru sebagai daya tarik wisata di Riau kini akan kehilangan bentuk aslinya selamanya. Hanya foto-foto kenanganlah tersisa. Mari kita lihat lebih dekat Masjid Raya Pekanbaru, bangunan bersejarah bermur lebih dari 100 tahu.

Sejarah Masjid Raya Pekanbaru.
Masjid Raya Senapelan atau sekarang Masjid Raya Pekanbaru pertama kali dibangun oleh Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah (1766-1780 M), dikenal sebagai Marhum Bukit, Raja ke-4 Kerajaan Siak Indrapura, sekitar tahun 1762 M. Kemudian pembangunannya diteruskan oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah, Raja ke-5.

Sekitar tahun 1775 Marhum Bukit memindahkan ibukota kerajaan dari Mempura Siak ke Sanapelan. Beliau wafat tahun 1780. Senapelan adalah lokasi Masjid Raya. Hal ini-merupakan cikal bakal pertama berdirinya kota Pekanbaru sejak berdirinya Masjid Raya.

Masjid Raya Cagar Budaya, Warisan Budaya Melayu Islam.

Buktinya berupa secarik kertas bertuliskan: Sesuai keputusan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor. KM.13/13.007/MKP/2004, tentang penetapan Istana Siak dan.. (sejumlah situs lainnya) termasuk Masjid Raya Pekanbaru, yang berlokasi di-Pekanbaru merupakan benda cagar budaya, situs, atau kawasan yang dilindungi UU RI No.5/2004.

Perombakan Total Masjid Raya Pekanbaru.
Perombakan Masjid cagar budaya Riau sudah-tidak bisa dijegah. Jangan terheran-heran jika Anda pernah datang sebelumnya karena mesjid raya asli tidak-akan ditemukan lagi. Kini mesjid dibangun sekitar 100 tahun lalu itu sudah-berubah bentuk menjadi mesjid modern.
Masjid Raya Pekanbaru sudah-dibangun dua lantai, bahkan sumur tua di-samping mesjid sudah-tidak ada lagi. Padahal sumur tua-itu sangat dikenal sampai ke Malaysia-Singapura karena dipercaya Bertuah. Biasanya Wisatawan Malaysia, Singapura menjadikan air sumur tersebut sebagai ole-ole penyembuh penyakit.

Hal-ini tentu sangat disesalkan tokoh masyarakat. Sebut saja Annas Aismana, salah seorang tokoh pemuda. Ia tidak setuju dengan penghilangan wajah asli Mesjid Raya Pekanbaru.
“Program revitalisasi yang dilakukan terhadap Mesjid Raya itu telah menghilangkan salah satu bukti sejarah Kerajaan melayu di-Riau. Malah telah menjadi cagar budaya nasional, bahkan dikenal dunia. Seharusnya keaslian mesjid ini terus dijaga," tegasnya kepada media.

Desain, Rancangan Baru Masjid Raya Pekanbaru
Perombakan-ini tentu mengingatkan kita pada desain ulang masjid tua Agung An-Nur Pekanbaru. Coba bedakan Masjid Agung An-Nur Tempo Dulu dengan Agung An-Nur sekarang.
Namun apa daya pembangunan sedang berjalan. Mesjid dibangun pada abad 18 akan disulap menjadi masjid modren. Padahal Lembaga Adat Melayu Riau Cabang Pekanbaru bersama Askar Melayu menentang perombakan. ( sumber : www.pekanbaruriau.com )
















Masjid Kubah Bawang

Kubah pada masjid-masjid yang lazim kita temui di Indonesia sebenarnya lebih cenderung sebagai penanda saja. Penanda bahwa bangunan tersebut sebagai tempat bersujud. Tidak ada pakem resmi. Namun, entah sejak kapan dan bagaimana sejarahnya hingga akhir-akhir ini di Riau semacam ada kesepakatan bahwa apapun bentuk bangunan masjidnya, atapnya “harus” berkubah bawang dengan tampilan warna warni cerah. Boleh dikatakan tampilan kubah seperti ini menjadi trend bangunan masjid megah di Riau era 2000an.

Penggunaan kubah bawang pada masjid sebenarnya lebih menarik jika berakar dari budaya setempat dan bukan hanya sekedar hiasan dan trend. Berikut masjid yang berkubah bawang yang ada di Proponsi Riau :

  • Masjid Islamic Center Kabupaten Kampar.


  • Masjid Raya Tualang Perawang.


  • Masjid agung Kuantan Singingi.


  • Masjid Istiqomah Bengkalis.


  • Masjid Sulatan Syarif Hasyim Siak.


  • Masjid Agung An-Nuur Pekanbaru.

Masjid Bersejarah

  • Masjid Raya Rengat
Masjid Raya Rengat. Masjid Kerajaan Inderagiri, Pembangunan masjid ini diawali dengan dibangunnya Surau oleh Sultan Ibrahim pada tahun 1786 M di Kampung Besar Rengat. Surau diperluas pada tahun 1787 M oleh Sultan Kecik Besar Mambang menjadi bangunan masjid. Masa pemerintahan Sultan Indragiri XXIV pada tahun 1887 melakukan renovasi yang ke-3 dengan mengganti seluruh papan kayu dengan batu. Masa pemerintahan Bupati Masnoer melakukan pemugaran tahun 1970 M.(Sumber: Direktori masjid Bersejarah DEPAG RI 2008).

 


  • Masjid Kenegerian Kuantan
Masjid merupakan bangunan yang harus ada pada setiap nagori di Kuantan, biasanya terletak di Koto yang merupakan pusat suatu nagori. Masjid peninggalan awal abad XX di Kuantan umumnya memiliki seni bangunan yang relatif seragam yaitu atap berbentuk tumpang dan puncaknya diberi kubah. Kubah yang lebih kecil diletakkan di atas bangunan mihrab. Masjid ini tidak dilengkapi menara, tetapi dilengkapi dengan tabuah (beduk).


  • Masjid Raya Peranap.
 
  • Masjid Jami' Kenegerian Air Tiris
Masjid Jami' Kenegerian Air Tiris. Masjid ini didirikan atas prakarsa Engku Mudo Sangkal, dikoordinir oleh Ninik Mamak Nan Dua Belas (Penghulu suku yang berada di kenegerian Air Tiris). Masjid ini berlokasi di Pasar Usang Air Titis, Kecamatan kampar, Kabupaten Kampar. Masjid dibangun dalam waktu 3 tahun dari tanggal 1901-1904 M. Bangunan masjid berbentuk persegi lima seperti limas dengan puncak induk berlenggek-lenggek meruncing keatas. Atap masjid terbuat dari kepingan papan berukuran 1 meter. Kayu yang digunakan ialah jenis kayu tetangu dan seluruh paku menggunakan pasak kayu.(Sumber: Direktori masjid Bersejarah DEPAG RI 2008).

  • Masjid Raya Sahabuddin Siak
Masjid ini awalnya berlokasi di jalan Sultan Syarif Qasim sekarang dengan bangunan fisik terbuat dari kayu dan terdapat mimbar yang berukir dari Jepara. Tahun 1935 masjid dipindah oleh Sultan Syarif Qasim II (Sultan Siak XII) ke Jalan Sultan Ismail di tepi Sungai Siak. Masjid ini telah mengalami renovasi tahun 1963 dan tahun 2003.(Sumber: Direktori masjid Bersejarah DEPAG RI 2008).




Gedung Pemerintah

Arsitektur Melayu Kontemporer
Hari ini, gaya arsitektur Melayu telah menginspirasi arsitek dan insinyur muda dalam merancang arsitektur kontemporer Melayu. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak bangunan modern telah berfokus konsep desain mereka pada arsitektur Melayu, khususnya gedung-gedung pemerintah. Berbagai bentuk atap yang berasal dari rumah-rumah Melayu, seperti dari distrik Kuantan, Kampar, Pelalawan dan Pesisir.

Berikut beberapa bentuk sentuhan konsep arsitektur melayu kontemporer yang ada pada gedung pemerintah di Propinsi Riau :

 Kantor Bupati Pelalawan 


 Kantor Bupati Rokan Hulu 


 Kantor Bupati Siak 


 Kantor Gubernur Riau


  Kantor Walikota Dumai


 Pustaka Riau

 Bengkalis General Hospital


Gedung Kesenian (riaudaylyphoto )

  Dinas Perkebunan

 Government Building in Kampar


  Kantor Bupati Indragiri Hilir

Kantor Bupati Kuantan Singingi

Recent Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons